
Ternate – Dulu, Portugis datang ke Maluku untuk apa? Rempah. Itu salah satu misinya. Menguasai rempah berarti menguasai dunia, mengingat tingginya harga rempah kala itu.
Rempah memang menjadi potensi daerah Maluku Utara. Kalau SobatQ berkesempatan datang ke sana, akan terlihat pulau-pulau dengan hamparan pohon rempah.
“Pala, cengkih, kakao, dan kopra menjadi potensi ekspor kita. Untuk kopra, nilai perdagangan untuk domestik keluar selama tahun 2018 mencapai 362 Milyar,” kata Andi Yusmanto saat memberikan sambutan dalam penandatanganan MoU nota kesepahaman dukungan ekspor Maluku Utara, Rabu (20/03).
Acara yang diinisiasi oleh Bea Cukai Ternate ini berangkat dari keprihatinan para pemangku kebijakan mengenai ekspor Maluku Utara. Wilayah ini kaya, tapi minim ekspor langsung.
“Kopra, pala, cengkih kita dibawa ke Manado, Bitung, atau Surabaya. Dari sana baru diekspor. Ini PR kita bersama. Harusnya bisa ekspor langsung. Untuk itulah kami disini dikumpulkan,” jelas Andi Yusmanto.
Penandatanganan Nota Kesepahaman ini juga dihadiri oleh Gubernur Maluku Utara, Abdul Ghani Kasuba. Penting, karena pemerintah daerah memegang peran kunci dalam akselerasi ekspor ini.
Bisa ekspor langsung tentu kebanggaan. Selain meningkatkan pendapatan daerah dan petani pastinya. Bisa, asal semua bersinergi.